TIKTAK.ID – Tak semua kekerasan yang terjadi di Prancis akhir-akhir ini terkait dengan terorisme dan Islam. Ada juga kekerasan yang terjadi karena motif pribadi. Seperti penembakan seorang imam Ortodoks di Lyon, Prancis akhir bulan lalu. Jaksa penuntut umum pada Sabtu (7/11/20) menyatakan bahwa peristiwa itu murni karena perselisihan pribadi.
Dilansir dari BBC, tersangka, pria 40 tahun itu mengaku kepada jaksa bahwa pastor yang ditembaknya itu berselingkuh dengan istrinya.
Imam Ortodoks yang bernama Nikolaos Kakavelakis, 52 tahun itu ditembak dua kali dengan senapan di luar gerejanya pada 31 Oktober.
Nikolaos berbicara kepada polisi setelah sadar dari komanya pada Rabu lalu.
Peristiwa penembakan itu terjadi beberapa hari setelah tiga orang tewas dalam sebuah serangan menggunakan pisau di sebuah gereja di kota Nice, Prancis selatan.
Awalnya diduga peristiwa di Lyon itu menduplikasi apa yang disebut Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai “serangan teroris Islam” di Nice.
Motif penembakan di Lyon pada awalnya tidak jelas. Para pejabat kemudian membuka penyelidikan dengan dakwaan percobaan pembunuhan.
Penyelidikan kemudian berlanjut pada minggu ini ketika pastor sudah mulai bisa membuka suaranya kepada polisi dan mengatakan siapa pelaku penembakannya.
Tersangka, yang disebutkan berkebangsaan Georgia itu kemudian ditangkap di rumahnya di Lyon pada Jumat kemarin, tulis surat kabar Prancis Le Parisien.
Surat kabar tersebut, mengutip pernyataan dari jaksa penuntut umum Lyon, Nicolas Jacquet, mengatakan tersangka “ternyata adalah suami dari seorang wanita yang berselingkuh dengan korban”.
“Pendeta itu sangat menyukai seks, dan dia sangat suka berpetualang dengan para wanita,” kata seorang sumber yang dekat dengan penyelidikan tersebut kepada surat kabar tersebut.
Tersangka mengatakan kepada jaksa bahwa dia tidak bermaksud membunuh pastor yang terlibat asmara dengan istrinya, seorang Rusia berusia 35 tahun, kata surat kabar Le Parisien.
Pastor, yang pulih setelah operasi itu ternyata telah mengumumkan pengunduran dirinya dari gereja sebulan sebelumnya.
Sebelumnya banyak yang mengecam penembakan di Lyon itu dan disebut sebagai serangan “teror Islam”, karena kejadiannya berdekatan dengan peristiwa pembunuhan tiga orang di sebuah gereja di Nice yang diduga sebagai tindakan teror.