TIKTAK.ID – Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto dan Presiden kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri diketahui telah meresmikan patung Bung Karno di depan gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, pada Minggu (6/6/21).
Prabowo menyampaikan bahwa patung itu dibuat untuk mengenang momen Sukarno saat menjadi inspektur upacara dalam Hari Angkatan Perang pertama, 5 Oktober 1946 silam. Sukarno sebagai Panglima Tertinggi pertama di Indonesia, memimpin upacara itu dengan menunggang kuda.
“Oleh sebab itu, Kementerian Pertahanan merasa bangga untuk membuat patung di mana Panglima Tertinggi kita pertama di atas kuda,” ujar Prabowo dalam peresmian patung Bung Karno, seperti dikutip CNN Indonesia dari kanal Youtube PDI Perjuangan, Minggu (6/6/21).
Menurut Prabowo, peresmian patung itu juga bertepatan dengan hari lahir Sukarno, tepatnya pada 6 Juni 1901 di Peneleh, Surabaya.
Prabowo menjelaskan, pendirian patung Bung Karno yang menunggangi kuda itu adalah pengingat momentum pertama kali Indonesia menunjukkan pada dunia internasional telah memiliki Angkatan Bersenjata.
“Patung ini saat Presiden Sukarno sebagai Panglima Tertinggi kita yang pertama pada hari Angkatan Perang pertama yaitu 5 Oktober 1946 di Yogyakarta menjadi inspektur upacara,” tutur Prabowo dalam pidatonya.
“Di mana untuk pertama kali, Indonesia menunjukkan telah memiliki Angkatan Perang yang siap untuk mempertahankan kemerdekaan,” sambungnya.
Peresmian patung itu pun diwakili oleh sejumlah keluarga besar Sukarno. Lantas sebagai salah satu perwakilan keluarga, Megawati mengapresiasi Kemenhan atas pendirian patung Bung Karno naik kuda.
“Atas nama pribadi dan keluarga besar Bung Karno, saya mengucapkan terima kasih dan penghormatan secara khusus kepada Bapak Menhan Prabowo dan sekaligus sahabat saya, atas peresmian patung Bung Karno,” terang Ketua Umum PDI Perjuangan ini.
Kemudian Mega mengenang momen bersejarah di balik patung tersebut. Ia menyatakan pernah mendapat cerita dari ibunya, Fatmawati, bahwa Sukarno awalnya tidak bisa menunggang kuda. Akan tetapi, kata Mega, demi memimpin upacara itu, Sukarno minta dicarikan kuda yang jinak dan belajar menungganginya.
“Jadi tidak ada saya bayangkan saat mendengar cerita ibu saya itu bagaimana seorang Panglima Tertinggi, kudanya itu jinak,” ucap Mega.