
TIKTAK.ID – Sutradara Hanung Bramantyo mengungkapkan kegelisahannya terkait dunia film Tanah Air di tengah pandemi virus Corona (Covid-19). Sutradara film “Bumi Manusia” dan “Ayat-ayat Cinta” tersebut mengungkapkan keluh kesahnya melalui unggahan Instagram.
“Terdapat sebesar 3,4 Triliun Rupiah perputaran uang di Produksi dan Distribusi Film. 1,2 triliun untuk sewa Mall, 1,1 T gaji pegawai, 1,5 T pajak langsung, 900M supplier F&B, 800M Air dan Listrik, serta 400M kebersihan dan Keamanan. Akan tetapi, saat ini seluruh perputaran itu turun hampir menyentuh 90 persen,” ujar Hanung, seperti dilansir Kapanlagi.com.
“Hingga hari ini, penonton bioskop hanya mencapai 500 ribu, itu pun diraih film ‘Wonder Woman 1984’. Sedangkan film Indonesia terbanyak penontonnya saat ini “Asih 2″ dengan capaian 240 ribu penonton. Padahal potensinya 2 juta (‘Asih 1’), tapi hanya 15% capaiannya,” imbuh suami Zaskia Adya Mecca itu.
Kemudian Hanung mengakui bahwa saat ini dirinya dan semua elemen perfilman Indonesia sedang berada pada keadaan yang dilematis.
“Mau mengajak orang nonton di bioskop, tapi dituduh cari penyakit. Mau melarang orang nonton bajakan, dia malah balik nyolot. Setiap bangun Subuh, kaki ini berat banget menuju lokasi, karena selalu dibebani dengan pertanyaan, siapa yang akan nonton film kami kalo tayang di bioskop?” kata Hanung.
Alumnus Jurusan Film, Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta tersebut lantas menyatakan tidak bisa bergantung kepada Pemerintah dalam menangani masalah ini.
“Lalu mau minta tolong ke siapa? Pemerintah? Nanti malah dijawab, ‘Ntar yee, urus vaksin saja masih belum beres, masalah banjir juga belum kelar. Tuh di Papua sudah mulai ngajak merdeka. Udah deh, nonton film di HP saja dulu, atau cari hiburan lainnya. Main catur gitu? Sabar yee??’ Tidak ada tempat lain buat minta pertolongan selain diri kita sendiri”, tulis Hanung.
Kemudian Hanung menyampaikan ide membagi hasil pendapatan dari film ke berbagai sektor. Ia pun berharap ada kru dan bintang film yang bersedia menurunkan expected salary-nya.
“Terus bagaimana caranya biar kita tetep bisa bikin film? Penonton film Nasional kan hanya 230 ribu, dan harga tiket 35 ribu. Hasilnya dibagi 20% pajak, 40% bioskop dan 40% pemilik film, jadi total yang diterima produser Rp3,2M. Kalau memang mau untung, bikin film dengan bujet 2,5M saja. Bisa enggak? Ya harus bisa. Lalu krunya gimana? Pemainnya gimana? Ya cari, sambil terus berdoa, supaya ada kru dan pemain-pemain bintang yang mau dibayar murah,” ungkapnya.