TIKTAK.ID – Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) sukses membuat lie detector (alat pendeteksi kebohongan) berbahan serat optik yang memperoleh penghargaan di ajang lomba internasional.
Karya tersebut dihadirkan dalam kompetisi Intenational Invention Competition for Young Moslem Scientist 2021 (IICYMS 2021) yang digelar oleh Indonesian Young Scientist Association.
Kompetisi tersebut adalah lomba berskala internasional melibatkan 17 negara dari Malaysia, Singapura, hingga Turki.
Dalam kompetisi ini, tim Indonesia terdiri dari lima mahasiswa Unair yang membuat lie detector sukses menggondol medali emas serta Macedonia Special Awards sebagai inovasi teknologi.
Ketua tim, Gina Yunita Pranosa berujar, lie detector pada dasarnya memakai sensor khusus serta poligraf sebagai pengukur detak jantung. Namun alat yang mereka kembangkan memakai serat optik (fiber optic) sebagai pengukur detak jantung guna mendeteksi kebohongan.
“Dengan menggunakan serat optik, kami bisa mendapat resultan deteksi kebohongan yang jauh lebih akurat. Dalam rentang frekuensi detak jantung 50 – 300 bpm, telah kami buktikan bahwa tingkat lenearitasnya hampir 100 persen,” terang Gina pada keterangan tertulis Unair, Senin (12/7/21).
Gina menyatakan lie detector hasil pengembangan timnya mempunyai desain sederhana menggunakan biaya fabrikasi terjangkau. Sehingga, inovasi ini mampu diaplikasikan secara mudah di lapangan.
Hanya saja, Gina tidak memastikan berapa total biaya yang diperlukan untuk menciptakan satu produk pendeteksi kebohongan buatan timnya tersebut.
Gina mengatakan inovasi ini terinspirasi jurnal penelitian berjudul Fiber Optic Sensor Heart Rate Detection. Inovasi tersebut sebagai langkah nyata dari hipotesis saintifik yang termaktub dalam jurnal tersebut.
Dosen pembimbing Gina dan tim, Retna Apsari memaparkan pengembangan deteksi detak jantung berdasar serat optik tersebut pertama kali muncul dibuat oleh dirinya pada Laboratorium Fotonika FST UNAIR bersama fisikawan UNAIR lain.
Bagi Retna, prestasi yang diraih saat ini menjadi harapan serta pemicu untuk mahasiswa fisika termasuk mahasiswa Unair agar tak berhenti mengukir prestasi pada ajang nasional maupun internasional.
“Tentu harapannya bahwa inovasi ini bisa diterapkan secara maksimal di dunia forensik,” ujar Retna.