TIKTAK.ID – Prancis memutuskan membuat aturan wajib bermasker di semua ruang publik, setelah sebelumnya mewajibkan pada transportasi umum. Namun mulai Senin ini, di semua ruang publik harus menggunkan masker, seperti di pertokoan.
Bagi mereka yang melanggar aturan dan tak menggunakan masker ketika berada di ruang publik maka akan didenda 135 Euro atau sekitar 2 juta rupiah, tulis BBC.
Menteri Kesehatan Oliver Véran yang sangat khawatir dengan serangan Covid-19 gelombang kedua ini memperingatkan bahwa Prancis memiliki kelompok aktif virus rata-rata antara 400 sampai 500.
Sementara, Presiden Emmanuel Macron sebelumnya menyatakan “kemenangan pertama” atas virus itu pada Juni dan telah mengakhiri keadaan darurat nasional, tetapi wabah lokal tetap ada.
Sejumlah peningkatan jumlah kasus terdeteksi di barat laut dan di wilayah timur, khususnya di wilayah barat laut Mayenne.
Pihak berwenang di Mayenne mulai menyerukan aturan wajib menggunakan masker pada pekan lalu ketika di wilayah itu kasus melonjak.
Badan Kesehatan Umum Santé Publique France mengeluarkan peringatan untuk Mayenne setelah melewati ambang siaga 50 kasus baru per 100.000 penduduk dalam seminggu. Di seluruh Prancis secara keseluruhan, angka itu adalah sekitar 10 per 100.000 penduduk.
Secara keseluruhan wabah ini secara luas di bawah kendali di Prancis. Tetapi sejumlah pejabat kesehatan masyarakat telah memperingatkan kemungkinan gelombang kedua, dan Pemerintah telah mulai menimbun ratusan juta masker.
Prancis, menjadi salah satu negara yang paling terpukul di Eropa, telah mencatat lebih dari 200.000 kasus infeksi dan lebih dari 30.000 kematian sejak dimulainya pandemi.
Prancis bukan satu-satunya negara Eropa yang menghadapi masalah ini. Banyak negara di benua Eropa terpaksa memberlakukan karantina lokal atau bahkan kembali menempuh langkah-langkah karantina nasional karena kembali meningkatnya kasus infeksi virus Corona.
Wilayah Catalonia di Spanyol timur laut telah meminta jutaan warganya untuk tinggal di rumah, karena kasus-kasus baru mulai mengancam dan akan membanjiri sistem kesehatan setempat.
Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan negara itu dapat menutup perbatasannya dengan Spanyol karena meningkatnya jumlah wabah lokal di negara itu.
Infeksi juga melonjak di seluruh wilayah Balkan. Bosnia-Herzegovina melaporkan hampir 300 kasus baru pada Minggu kemarin, dan sejumlah politisi jatuh sakit karena virus, termasuk mantan Presiden Dragan Covic dan dua mantan Perdana Menteri, Federasi dan Srpska Republika.
Serbia, Albania, dan Montenegro juga melaporkan kenaikan kasus dalam jumlah besar. Montenegro saat ini memiliki sekitar 195 kasus per 100.000 penduduk -jumlah tertinggi di wilayah tersebut.