Jon Fielding, seorang guru bahasa Inggris yang tinggal di daerah itu, mengatakan kepada CNN bahwa ia berada di mal bersama seorang temannya ketika orang-orang mulai berlari dan berteriak dengan panik.
“Semua orang berlari ke toko-toko dan restoran-restoran dan menghalangi pintu-pintu. Semua orang benar-benar panik. Semua orang melihat melalui kaca mencoba melihat apa yang sebenarnya terjadi,” ujarnya.
Fielding mengatakan dia bersama sekitar 20 orang mencari perlindungan di dapur gelap di belakang sebuah restoran selama lima jam. Dia mengatakan mal itu penuh sesak dan ratusan orang terjebak berjam-jam sebelum dievakuasi.
Baca juga: Gerak Cepat Uni Eropa Pasca Brexit: Fokus Ekspansi Hingga Balkan
“Ini mal besar, sangat sibuk. Pasti ada ribuan orang di mal. Harap tenang, cari tempat yang aman untuk bersembunyi dan mematikan ponsel Anda,” demikian imbauan Divisi Penangangan Kejahatan negara, bagian dari polisi Thailand lewat Twitter.
“Pasukan gabungan polisi dan militer telah memulai operasi mereka untuk mengevakuasi orang-orang yang terjebak di dalam gedung,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Letnan Jenderal Kongcheep Tantravanich dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa para petugas akan melakukan yang terbaik untuk mengendalikan situasi.
Facebook menyebut mereka telah menghapus akun orang yang dicurigai sebagai pria bersenjata itu. Tidak ada bukti tersangka telah memposting kekerasan. “Hati kami tertuju kepada para korban, keluarga mereka dan masyarakat yang terkena dampak tragedi ini di Thailand.”
Badan telekomunikasi utama Thailand dilaporkan telah mendesak televisi Thailand untuk tidak menyiarkan cuplikan langsung dari dekat mal untuk menghindari terhambatnya upaya pengamanan yang sedang dilakukan.