Meski demikian, Mu’ti menuturkan bahwa komunikasi antara Muhammadiyah dan Pemerintah beserta Gubernur Ganjar tak ada persoalan dan terjalin dengan baik. Hanya saja, Muhammadiyah memandang perlu adanya kebijakan menyeluruh dalam menyikapi kasus perundungan yang menimpa CA.
“Berbagai pihak butuh menjalin kerjasama, berbuat untuk pembinaan karakter dan akhlak mulia bagi anak-anak. Butuh pembinaan mendalam dan fokus serta pengembangan sekolah ramah anak, toleran dan saling menghormati,” terang Mu’ti.
Muhammadiyah, lanjutnya, kini berupaya mengembangkan perbaikan layanan pendidikan bagi masyarakat. Tim dari Universitas Muhammadiyah Purworejo akan memberikan pendampingan khusus siswi CA. SMP Muhammadiyah Butuh berpeluang dikembangkan jadi sekolah model pendidikan inklusif.
Mu’ti menguraikan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah turut prihatin dan sangat menyesalkan peristiwa perundungan di SMP Muhammadiyah Butuh.
Baca juga: Kabar ‘BNPT Buka Peluang Mantan Teroris Kerja di BUMN’ Jadi Sorotan, Begini Duduk Perkara Sebenarnya
Peristiwa tersebut, menurutnya, sangat bertentangan dengan prinsip serta kebijakan Muhammadiyah yang berupaya mengajarkan sikap serta perilaku berkasih sayang juga sopan santun sebagaimana ajaran Islam dan budaya bangsa Indonesia yang luhur.
“Atas nama pihak sekolah, PP Muhammadiyah memohon maaf kepada seluruh keluarga serta masyarakat disebabkan belum mampu memberikan pelayanan pendidikan terbaik. Muhammadiyah mendukung penuh pemberian sanksi juga hukuman terhadap pelaku perundungan berdasar ketentuan juga hukum yang berlaku,” pungkasnya.