Anies pun mengungkapkan MRT dan Transjakarta yang tidak terintegrasi ini merupakan salah satu contoh perencanaan transportasi yang buruk.
“Saya berhenti di Stasiun ASEAN, di sana ada persimpangan antara TransJakarta dengan MRT. Saya selalu menggarisbawahi soal integrasi dan persimpangan, itu adalah contoh sempurna perencanaan tanpa integrasi,” ucap Anies.
Pembangunan jalan layang yang dibangun di era Ahok itu, sepanjang 9,3 kilometer (km) dan menghubungkan Ciledug-Tendean. Proyek itu menghabiskan dana Rp2,5 triliun.
Beberapa kontraktor memenangkan lelang dan mengerjakan titik-titik berbeda. Di antaranya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk yang mengerjakan paket Tendean sepanjang 1.105 meter, paket Santa oleh PT Yasa Patria Perkasa sepanjang 1.059 meter, dan paket Trunojoyo oleh PT Anugerah Kridapradana dengan panjang jalan 1.206 meter.
Baca juga: Anies Sebut Jabatan Presiden dan Gubernur Sama Saja, Apa Maksudnya?
Busway layang yang merupakan koridor 13 ini dibuka untuk masyarakat mulai 13 Agustus 2017, sekaligus sebagai bentuk uji penumpang. Kemudian busway layang baru benar-benar diresmikan pada 16 Agustus 2017.
Sementara pembangunan MRT dimulai saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih menjadi Gubernur DKI Jakarta dan didampingi Ahok sebagai wakilnya. Konstruksinya dimulai dengan peletakan batu pertama atau groundbreaking pada Oktober 2013.
Saat itu, pembangunan MRT termasuk salah satu proyek strategis nasional yang menjadi prioritas pengerjaannya. MRT beroperasi pada Maret 2019.