Pengadilan memperingatkan para petani di seluruh negara bagian Punjab, Haryana dan Uttar Pradesh yang membakar jerami atau sisa-sisa tanaman setelah panen untuk mempersiapkan panen berikutnya. Proses ini banyak dilakukan karena dianggap lebih murah dari metode lain, seperti menyiangi tanggul dengan tangan. Pembakaran tanaman sisa-sisa panen memberi sumbangan besar pada polusi udara di India dan kini cara-cara itu dilarang oleh hukum.
“Jika terus begini, maka lebih baik Anda gunakan saja bahan peledak. Jika terus begini lebih baik pergi dari daripada menderita kanker,” kata para hakim.
Baca juga: China Ciptakan Bomber Siluman H-20, Mimpi Buruk Militer AS?
Sementara Kepala Sekretaris negara bagian Haryana, Anand Arora, mengatakan bahwa wilayahnya telah menghentikan pembakaran sekitar 65 persen. Namun para hakim membantah klaim Anand Arora. “Kami telah mengecek melalui gambar-gambar di satelit yang menunjukkan pembakaran terus berlanjut.”
Pengadilan, selain menuduh pihak berwenang saling lempar kesalahan, bahkan mempolitisasi masalah polusi itu, juga menegaskan pihak berwenang tak bisa membiarkan oang mati seperti itu. Apalagi lanjutnya, orang luar menertawakan India, karena dianggap tak mampu mengatasi polusi.
Para hakim kemudian memutuskan memberi tugas Jaksa Agung Tushar Mehta untuk menyusun rencana pembangunan menara anti-kabut asap di New Delhi dan lebih luas di wilayah Ibu Kota Nasional. Hakim menegaskan bahwa teknologi itu sudah tersedia dan tinggal diterapkan, namun masalahnya adalah “kurangnya tekad”.
Baca juga: Warga Hongkong Pilih Pro-Demokrasi