“Dengan kata lain, SBY adalah alasan bagi pembentukan Partai Demokrat. Tak ada SBY, tak bakal Partai Demokrat didirikan. Sebaliknya, tanpa Partai Demokrat, kecil kemungkinan SBY bisa maju jadi calon Presiden”, tulis Rachland.
“Begitulah, Partai Demokrat adalah Partai Tokoh. Dan tokohnya adalah SBY. Maka, dengan genealogi politik Partai Demokrat itu, dan dengan dinamika historisnya bersama SBY, mungkinkah Partai Demokrat punya kemungkinan berkembang yang sama bila dipimpin oleh Moeldoko?
“Pada pemilu 2024 mendatang, Moeldoko akan berusia 67 tahun. Elektabilitas Moeldoko hari ini nol koma sekian persen. Bahkan dalam beberapa survei, namanya tak pernah muncul. Mustahil membayangkan Moeldoko akan memenangi Pilpres 2024. Ambisi Moeldoko memang raksasa, tapi peluang politiknya sesungguhnya liliput”, sindir Rachland.
Baca juga : Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Ungkap Samar-samar Manuver ‘Orang Dekat’ SBY di Balik Kudeta Demokrat
“Kesimpulannya, alih alih memenangi Pilpres 2024, Moeldoko justru akan membuat Partai Demokrat ditinggal pemilihnya yang setia dari pemilu 2004 hingga 2019.
“Akal sehat sudah mati”, kata Pak SBY. Tapi, Pak SBY, dengan segala hormat, ini bukan soal akal sehat. Bila Pemerintah justru mengesahkan kepengurusan ilegal dari KLB ilegal itu, urusannya mungkin bukan untuk memenangkan Moeldoko dalam Pilpres 2024, tapi semata-mata untuk menghancurkan Demokrat dan peluang Agus Yudhoyono.
“Atau, siapa tahu, hostile take over ini berhubungan dengan desas desus adanya kehendak kekuasaan untuk melakukan amandemen UUD 45 demi mengubah periode jabatan Presiden?
Baca juga : Yasonna: Tolong Pak SBY dan AHY Jangan Main Tuding
“Desas desus? Gosip belaka? Kemarin, rencana Moeldoko mengambil alih paksa Partai Demokrat pun disebut cuma gosip, cuma desas desus.
“Ini tentang kekuasaan yang bisa berbuat apa saja”, tegas Rachland menutup tulisannya.